Monday, August 8, 2011

Yuk, Ajari si Kecil Puasa

Mengajarkan anak berpuasa perlu cara yang tepat. Paling penting adalah bagaimana cara orangtua mengajak anak untuk ikut berpuasa di Bulan Ramadhan, tetapi tidak memaksakan kehendak jika anak belum siap. Sebagian orangtua mulai mengenalkan puasa saat anak masih taman kanak-kanak (TK) atau awal masuk SD. Tidak salah, karena ditinjau dari segi kesehatan, anak dapat diajarkan puasa secara efektif sejak berusia empat tahun. Meski puasa baru diwajibkan ketika sudah akil baligh. 
Di usia tersebut, seorang anak memiliki kondisi tumbuh kembang yang harus jadi pertimbangan utama orangtua dalam mengajarkan puasa. Garis besarnya anak usia balita mengalami pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang memerlukan asupan nutrisi (zat makanan) mencukupi untuk jadi bahan dasar dan bahan bakar proses tersebut. Kerja enzim yang diproduksi dalam saluran cerna anak berbeda fungsi dengan orang dewasa. Selain kerja sistem pencernaan, enzim yang terdapat dalam usus juga berfungsi untuk membantu proses tumbuh kembang yang ada. 
Kalau pada orang dewasa, fungsi enzim saluran cerna untuk proses tumbuh kembang sudah tidak ada. Selain itu keseimbangan cairan anak juga berbeda dengan orang dewasa. Anak cenderung lebih banyak memerlukan cairan menurut perimbangan berat tubuh, dan juga cenderung lebih mudah terkena dehidrasi dibandingkan dengan orang dewasa (bukan usia lanjut).
Seorang pendidik di Banjarbaru, Isnaeni SE, mengungkapkan sebaiknya mulai mengajarkan puasa itu secara bertahap. Misalnya puasa dari sahur hingga zuhur, lalu berbuka dan melanjutkan puasa kembali hingga magrib karena ini merupakan salah satu proses pembelajaran bagi anak. "Anak akan mau dengan sendirinya berpuasa jika orangtua sering memberikan informasi mengenai manfaat dan pengertian puasa."ujar Kepala Sekolah MTsN Nurul Hikmah ini. Saat mengajarkan berpuasa pada anak, lanjutnya, ajaklah dengan cara yang menyenangkan. Pilihlah kata-kata yang positif, tidak menyuruh, tidak membentak dan jangan membuat anak terpaksa melakukannya. 
"Boleh memotivasinya dengan cara memberi hadiah. Jika anak puasa setengah hari, dapat buku tulis. Jika melanjutkan puasa hingga sore hari, hadiahnya lebih besar lagi," saran Isnaeni. Pemberian hadiah tidak akan membuat anak menjadi materialistis, sebaliknya anak bangga pada diri sendiri jika mendapatkan sesuatu dari hasil jerih payahnya sendiri dan bisa dibanggakan kepada teman-temannya. "Jika ingin anak puasa sehari penuh, dari subuh hingga magrib, idealnya saat berusia 11-12 tahun, karena jika dilihat dari segi fisik dan perkembangannya anak sudah cukup untuk melakukannya,"
Kalau anak sudah terbiasa puasa sejak dini, maka kebiasaan ini akan terbawa hingga remaja. Dan jika sudah tiba saatnya anak wajib puasa, orangtua tidak akan kesulitan lagi untuk membimbingnya. Sementara Herliah, ibu rumah tangga di Banjarmasin, memaparkan hendaknya jika anak sudah menginginkan berpuasa, malam sebelumnya orangtua harus memberitahu bahwa anak bangun lebih awal untuk sahur bersama-sama sehingga anak lebih nafsu untuk makan.
"Agar anak tidak susah dibangunkan untuk sahur, sebaiknya anak ditidurkan lebih cepat dari waktu biasanya,"ujar ibu tiga anak. Terpenting, ungkapnya, agar anak mau belajar berpuasa adalah stimulasi sang anak dengan hal-hal yang menyenangkan dan jangan pernah memaksa atau menyuruhnya. "Biarkan anak puasa atas kemauannya sendiri. TIdak ada salahnya juga memberikan hadiah atas apa yang sudah dilakukannya, sehingga anak akan terpacu melakukan yang lebih baik lagi," Pungkas Herliah. (dea)

No comments:

Post a Comment

Blogger Banua

Blogger banua