Wednesday, September 28, 2011

Filsafat Ilmu

1.   Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan.

2.   a. pengetahuan adalah seluruh hal yg manusia ketahui. ilmu adalah pengetahuan yg disusun secara sistematis, logis, empiris dan obyektif. jadi ilmu adalah pengetahuan yg memenuhi syarat-syarat sebagai ilmu. Ilmu bisa berarti proses memperoleh pengetahuan, atau pengetahuan terorganisasi yang diperoleh lewat proses tersebut. Proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematis tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini umumnya berupa metode ilmiah, dan sistem tersebut umumnya adalah alam semesta. Dalam pengertian ini, ilmu sering disebut sebagai sains. Sedang "filsafat" adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis.Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sedikit sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
b. Penting dua-duanya! Teori atau praktek (praktik) sama penting.
Memang keduanya sama penting. Tetapi jika kita harus memilih untuk membuat urutan maka mana yang nomor satu? Teori atau praktek
Dalam disiplin ilmu matematika atau yang sejenisnya, teori lebih utama dari praktek. Banyak teori matematika yang sudah dikembangkan ratusan tahun tetapi baru akhir-akhir ini dapat dipraktekkan atau diimplementasikan. Jadi, teori lebih penting dari praktek.
Dalam disiplin manajemen atau yang sejenisnya, praktek yang memberi hasil nyata. Teori hanya membantu saja. Teori yang cantik bila tidak dapat dipraktekkan maka akan berkurang manfaatnya. Sedangkan bila ada praktek yang bagus tetapi tidak sesuai dengan seluruh teori yang ada maka dapat dikembangkan teori baru. Atau setidaknya memperbarui teori sebelumnya. Jadi, praktek lebih penting dari teori.
3.     a. 1. Pengetahuan dapat dimengerti sebagai kesadaran subyek pengenal tentang obyek yang dikenalinya.  Kesadaran itu diperoleh dengan bantuan peralatan pengumpulan data yang sesuai.  Pengetahuan tersebut dapat subyektif, dapat pula bersifat obyektif.  Disebut subyektif jika aneka pandangan, faham dan selera yang ada pada subyek pengenal berperan besar, langsung atau tak langsung, dalam proses mendapatkan kesadaran tersebut.  Sebaliknya disebut obyektif, jika unsur-unsur yang bersifat spesifik ada pada diri subyek pengenal tersebut tidak ada. Dalam keseluruhan proses pengetahuan ada dua hal penting, yaitu evidensi dan kepastian.  Evidensi terletak pada fihak obyek, sedang kepastian ada pada fihak subyek.  Evidensi dapat dimengerti sebagai daya obyek untuk menampakkan diri, sedang kepastian



adalah keyakinan pada diri subyek bahwa yang dikenalnya adalah benar-benar obyek yang ingin diketahuinya.  Keduanya perlu dilihat dari sudut kesatuan asli subyek dan obyek dalam gejala pengetahuan manusia pada umumnya.  Makin dekat bidang ilmu itu pada pengalaman manusia seutuhnya, makin besarlah kesatuan subyek dan obyek, dan makin besar pulalah peran subyek dalam kesatuan subyek-obyek tersebut.  Dalam arti itu evidensi dan kepastian sangat diwarnai oleh subyektivitas.  Sebaliknya, makin jauh bidang ilmu itu dari pengalaman manusia seutuhnya, makin kurang kesatuan antara subyek dan obyek, dan makin kuranglah pula peran subyek didalamnya.   Dalam hal itu evidensi dan kepastian diwarnai oleh obyektivitas, yang ditentukan dari luar pengalaman.
2. Kebenaran berkedudukan dalam diri si pengenal.  Kebenaran adalah kenyataan adanya ("being") yang menampakkan diri sampai masuk akal.  Maka kebenaran dapat dimengerti sebagai penyamaan akal dengan kenyataan.  Itu terjadi pada taraf inderawi atau pada taraf akal-budi, akan tetapi tidak pernah sampai pada kesamaan yang sempurna.  Ilmu-ilmu empiris mencoba mengejar kesamaan itu dengan aneka cara yang khas ada pada ilmu itu.  Ilmu-ilmu pasti tidak langsung berkecimpung dalam usaha manusia menuju kebenaran tersebut, tetapi ilmu-ilmu pasti dapat memberi sumbangan positif kepada ilmu-ilmu di luar ilmu itu untuk makin dekat kepada kebenaran sejati (apapun itu sesungguhnya). Thomas Aquinas (seraya mengakui sumbangan para filsuf Yahudi dan Islam yang mendahuluinya) membedakan veritas ontologica (kebenaran ontologis) dari veritas logica (kebenaran logis).  Yang pertama terdapat dalam kenyataan (entah spiritual maupun material) yang masih lepas dari gejala pengetahuan, meskipun ada kemungkinan bahwa akan diketahui atau dikenal.  Yang kedua terikat kepada akal si pengenal.  Yang kedua inilah kebenaran dalam arti sesungguhnya, yaitu penyamaan akal dengan kenyataan. Adalah Descartes yang menambahkan kriterium bagi kebenaran.  Cara untuk mengenal ada atau tidak adanya kebenaran ialah ada atau tidak adanya idea yang jelas dan terpilah-pilah mengenai sesuatu itu (idea clara et distincta).  Maka Descartes menganjurkan penerapan sikap kesangsian radikal sebagai alat uji bagi kebenaran.
4.  Plato menyumbangkan ajaran tentang "idea".  Menurut Plato, hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea) yang kekal. Dalam wawasan Plato, pada awal mula ada idea-kuda, nun disana di dunia idea. Dunia idea mengatasi realitas yang tampak, bersifat matematis, dan keberadaannya terlepas dari dunia inderawi. Dari idea-kuda itu muncul semua kuda yang kasat-mata. Karena itu keberadaan bunga, pohon, burung, ... bisa berubah dan berakhir, tetapi idea bunga, pohon, burung,  ... kekal adanya. Itulah sebabnya yang Satu dapat menjadi yang Banyak. Plato ada pada pendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan, dalam diri) seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea, -- konon sebelum manusia itu masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainyaPlato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh.  Itu persoalan  ada ("being") dan mengada (menjadi, "becoming").
Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya.  Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda tertentu "berubah" (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk manusia sesudah  melihat (mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya sendiri: idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-benda. Aristoteles menempatkan filsafat dalam suatu skema yang utuh untuk mempelajari realitas. Studi tentang logika atau pengetahuan tentang penalaran, berperan sebagai organon ("alat") untuk sampai kepada pengetahuan yang lebih mendalam, untuk selanjutnya diolah dalam theoria yang membawa kepada praxis. Aristoteles  mengawali, atau sekurang-kurangnya secara tidak langsung mendorong, kelahiran banyak ilmu empiris seperti botani, zoologi, ilmu kedokteran, dan tentu saja fisika.  Ada benang merah yang nyata, antara sumbangan pemikiran dalam Physica (yang ditulisnya), dengan Almagest (oleh Ptolemeus), Principia dan  Opticks (dari Newton), serta Experiments on Electricity (oleh Franklin), Chemistry (dari Lavoisier), Geology (ditulis oleh Lyell), dan The Origin of Species (hasil pemikiran Darwin). Masing-masing merupakan produk refleksi para pemikir itu dalam situasi dan tradisi yang tersedia dalam zamannya masing-masing.

1 comment:

Blogger Banua

Blogger banua